Tembang Pangkur

Bila usia telah uzur, datanglah penyesalan. Manusia menoleh kebelakang (mungkur) merenungkan apa yang dilakukan pada masa lalu. Manusia terlambat mengkoreksi diri, kadang kaget atas apa yang pernah ia lakukan, hingga kini yang ada  tinggalah menyesali diri. Kenapa dulu tidak begini tidak begitu. Merasa diri menjadi manusia renta yang hina dina sudah tak berguna.  Anak cucu kadang menggoda, masih meminta-minta sementara sudah tak punya lagi sesuatu yang berharga. Hidup merana yang dia punya tinggalah penyakit tua. Siang malam selalu berdoa saja, sedangkan raga tak mampu berbuat apa-apa.  Hidup enggan mati pun sungkan. Lantas bingung mau berbuat apa. Ke sana-ke mari ingin mengaji, tak tahu jati diri, memalukan seharusnya sudah menjadi guru ngaji. Tabungan menghilang sementara penyakit kian meradang. Lebih banyak waktu untuk telentang di atas ranjang. Jangankan teriak lantang, anunya pun sudah tak bisa tegang, yang ada hanyalah mengerang terasa nyawa hendak melayang. Sanak kadhang enggan datang, karena ingat ulahnya di masa lalu yang gemar mentang-mentang. Rasain loh bentar lagi menjadi bathang..!!
Tembang pangkur ngemu sifat : nepsu kang prihatin.
Tembang  macapat pangkur laras pelog pathet 6 dengan titilaras dan cakepan dapat di down load pada link di bawah ini :

tuladha: 
Jam pitu budhal sekolah
Kaya ngene rasane dadi murid
Wira-wiri saben esuk
Angudi kapinteran
Durung uwis lamun durung antuk biji
Biji saking Bapak Guru
Yaiku sing dak karepna

Sekar pangkur kang winarna
Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip
Ala lan becik puniku
Prayoga kawruh ana
Adat waton punika dipun kadulu
Miwah ingkang tata krama
Den kaesthi siyang ratri


0 komentar:

Posting Komentar

Slider(Do not Edit Here!)