Wayang Kulit Wahyu


Wayang Wahyu diciptakan oleh Temotheus Mardji Subrata pada tahun 1960.  Ia berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia lahir pada tahun 1960 dan wafat pada 17 Juli 1976. Generasi dalang yang meneruskannya antara lain Paulus Harsono dan Lucia Siti Aminah. Mereka adalah dalang wayang kulit purwa yang tertarik untuk mementaskan wayang wahyu.

Wayang Wahyu diciptakan dalam rangka untuk penyebaran agama Katolik. Kisah cerita yang diambil berdasarkan atas Kitab Perjanjian Lama yang menceriterakan kisah-kisah zaman para Nabi yang berkaitan dengan Kitab Injil, dan dilanjutkan dengan cerita-cerita dalam Perjanjian Baru yang mempunyai fungsi untuk pendidikan umat Katolik.

Tokoh-tokoh dalam Wayang Wahyu dibuat secara realistik dengan ornamen dan ricikan yang distilir mirip dengan sunggingan Wayang Kulit Purwa. Tokoh-tokoh dalam Wahyu antara lain, Samson dan Goliath. Tokoh sedangkan  tokoh Yesus digambarkan dengan mahkota berduri.
Pergelaran Wayang Wahyu ini diringi dengan musik dari nyanyian-nyanyian gereja, namun, juga masih tetap menampilkan suluk dan irama tradisional seperti pada Wayang Kulit Purwa. 
Wayang Wahyu  adalah wayang kulit yang ceritanya diambil dari Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Wayang kulit sebagai bagian dari kebudayaan lokal dikembangkan dalam perspektif iman Katolik sehingga menjadi sarana untuk mewartakan Kerajaan Allah. Wayang Wahyu pun menjadi media pewartaan iman Katolik dan pewartaan sabda Tuhan sebagaimana tertuliskan dalam Kitab Suci. Maka Wayang Wahyu sungguh-sungguh merupakan tontonan dan tuntunan yang membawa umat pada kecintaan akan Wahyu Allah dalam Kitab Suci.
Wayang Wahyu dirintis pertama kali oleh Bruder  L. Timotius Wignyosubroto, FIC di Solo. Di wilayah Keuskupan Purwokerto, wayang wahyu mulai dikenalkan untuk pertama kalinya di Paroki Tyas Dalem Kroya, pada tanggal 12 Desember 2009, oleh Rm. Ag. Handi Setyanto, Pr. Yang unik dari kelompok pengrawit (: penabuh gamelan) yang mengiringi wayang wahyu dengan dalang Rm. Handi adalah bahwa semua pengrawit bukan Katolik. Meski demikian, mereka mau bekerja sama mengiringi Wayang Wahyu (Wayang Katolik). Inilah Kelompok Krawitan/Wayang Wahyu Hamangunsih” (Jawa=membangun kasih), yang anggotanya terdiri dari buruh tani, tukang ojek, tukang parkir, guru dan wiraswasta.
Pagelaran perdana wayang wahyu di Paroki Tyas Dalem Kroya mengambil cerita “Pembebasan Israel”.  Pagelaran tersebut dibuka untuk umum dengan jumlah penonton kurang lebih 700-an orang. Pentas kedua diadakan pada tanggal 28 Mei 2010 dengan cerita "Sang Maria". Pasca dua pentas yang cukup sukses tersebut, kegiatan Wayang Wahyu tidak berhenti namun ada tindak lanjutnya. Wayang wahyu yang didalangi oleh Rm. Handi aktif pentas di beberapa tempat lain : Adipala, Tegal, Pemalang, Purwokerto dan akan di Gombong pula. Untuk pementasan di Gombong, wayang wahyu akan menggelar lakon “Elias Sang Pinunjul”.
Lakon Wayang Wahyu "Elias Sang Pinunjul" diambil dari Kitab 1Raja-raja dan mendapat tambahan inspirasinya dari Novel Paulo Coelho yang berjudul "The Fifth Mountain". Lakon ini menggambarkan perjuangan Elia dalam menegakkan ajaran yang benar yakni menyembah  Allah Yahwe. Cerita ini diawali dengan adegan istana Israel, yakni hadirnya tokoh Raja Ahab dan permaisurinya, Isebel yang begitu membanggakan kekuasannya karena merasa dilindungi oleh Dewa Baal. Datanglah Elia yang membawa berita dari Allah Yahwe bahwa di seluruh Israel akan terjadi bencana kemarau panjang. Namun, mendengar berita itu, Raja Ahab dan Isebel murka dan berusaha membunuh Elia. Elia pun berlari ke Sarfat setelah terjadi pertempuran antara pihak Ahab dan para nabi Yahwe. Dalam pelariannya, Elia bertemu dengan janda Sarfat dan membuat mukjijat. Kisah ini menjadi lebih hidup dengan hadirnya tragedi perebutan kebun anggur Nabot oleh Raja Ahab. Pertunjukan wayang wahyu yang berdurasi kurang  lebih 3 jam ini menjadi makin menarik karena diselingi dengan tokoh komedi Aman dan Amin seperti halnya hadirnya tokoh punakawan dalam Wayang Purwa

0 komentar:

Posting Komentar

Slider(Do not Edit Here!)