Wayang Beber

Wayang Beber merupakan kesenian rakyat pinggiran yang hampir punah di Indonesia ini. Bagaimana tidak, melihat dari jumlah wayang beber itu sendiri juga hanya ada dua, satu di daerah Pacitan dan satu lagi berada di Gunungkidul, Yogyakarta. Selain itu, pementasan wayang beber itu sendiri juga bisa dikatakan minim, karena memang tidak adanya jadwal rutin maupun minat masyarakat untuk menanggap pementasan wayang beber itu sendiri. Hal itu dikarenakan oleh perubahan jaman dan teknologi yang ada, yang akhirnya mengubah selera masyarakat juga.
Wayang beber merupakan peninggalan kesenian sejak tahun 1700-an, pada saat kerajaan Kediri. Waktu itu wayang beber merupakan kesenian rakyat yang populer. Hingga pada suatu ketika terjadi perang dan kriya dari wayang beber ini pun tersebar dimana-mana. Sampai sekarang hanya tinggal dua, dan menjadi suatu warisan turun temurun. Entah ditemukan dimana pun tidak diketahui dengan jelas. “Ini peninggalan simbah”, itulah kalimat yang cocok dan keluar ketika ditanya dari mana asal-usul wayang yang berupa lembaran-lembaran ini. 
Satu dari dua wayang beber asli terdapat di Gunungkidul, Yogyakarta. Tepatnya di desa Bejiharjo. Wayang beber di Gunungkidul ini terdiri dari 7 gulungan. Yaitu adalah empat gulungan yang berisi tentang cerita Panji Asmarabangun, satu gulungan berisi tentang ringkasan cerita Panji Asmarabangun, satu berisi tentang ringkasan cerita Jaka Tarub, dan yang satu lagi sampai sekarang tidak diketahui isinya karena memang alasan adat dan kepercayaan yang dianut oleh ahli waris untuk tidak membuka gulungan itu turun temurun. Nah, pagelaran wayang beber ini menggunakan empat gulungan yang berupa cerita Panji Asmarabangun atau Ki Remeng Mangunjaya.
Dalang wayang beber di Gunung Kidul adalah Ki Slamet Raharjo. Beliau merupakan pengamat budaya dan guru dari sanggar pedalangan wayang bagi anak-anak yang berada dirumahnya sendiri di daerah Wiladeg, Gunungkidul. Ki Slamet Raharjo sendiri sebenanya bukanlah ahli waris dari pemegang wayang beber, beliau adalah dalang wayang beber yang memainkan wayangnya dengan cara yang lebih baru tanpa harus mengubah isi cerita dari wayang beber yang asli, hanya sedikit variasi ditambahkan. Karena fenomenanya memang sudah tidak ada yang bisa memainkan wayang beber itu sendiri. Beliau juga pernah mementaskan wayang beber di Birma pada tahun 2008. Sekarang ini pementasan wayang beber sudah sangat minim, dan wayang yang digunakan juga tidak selalu wayang asli, melainkan duplikat yang sudah dibuat dan disimpan di Kota Yogyakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

Slider(Do not Edit Here!)